DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................ ..1
2. Tujuan.......................................................................................... 2
3.Rumusan Masalah......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A. Pengertian Kutu.......................................................................... 3
B. Jenis-jenis Kutu........................................................................... 3
Kutu Busuk...................................................................................... 4
1.Pengertian Kutu Busuk..................................................... 4
2. Morfologi Kutu Busuk..................................................... 4
3.
Klasifikasi Kutu Busuk.................................................... 6
4.Bagian-bagian Tubuh
Kutu Busuk.................................... 6
5.Epidemiologi..................................................................... 7
6. Gejala Klinik.................................................................... 7
7. Diagnosis.......................................................................... 8
8. Pengobatan....................................................................... 9
Kutu Kucing..................................................................................... 10
1. Pengertian Kutu
Kucing................................................... 10
2. Morfologi Kutu Kucing.................................................... 10
3. Klasifikasi Kutu Kucing................................................... 11
4.Bagian-bagian Tubuh
Kutu Kucing...................................11
5. Gejala Klinik.................................................................... 12
6. Diagnosis.......................................................................... 12
7. Pengobatan....................................................................... 12
8. Pengobatan....................................................................... 12
Kutu Kepala..................................................................................... 14
1. Pengertian Kutu
Kepala.................................................... 14
2. Morfologi Kutu Kepala.................................................... 14
3. Klasifikasi Kutu
Kepala .................................................. 15
4.Bagian-bagian Tubuh
Kutu Kepala................................... 16
5.Epidemiologi..................................................................... 17
6. Gejala Klinik.................................................................... 17
7. Diagnosis.......................................................................... 18
8. Pengobatan....................................................................... 18
Kutu Beras....................................................................................... 19
1. Pengertian Kutu Beras..................................................... 19
2. Morfologi Kutu Beras...................................................... 19
3. Klasifikasi Kutu
Beras..................................................... 21
4.Bagian-bagian Tubuh
Kutu Beras..................................... 21
5. Pengobatan....................................................................... 22
Kutu Pubis....................................................................................... 22
1. Pengertian Kutu Pubis...................................................... 22
2. Morfologi Kutu Pubis....................................................... 23
3. Klasifikasi Kutu
Pubis...................................................... 23
4.Bagian-bagian Tubuh
Kutu Pubis..................................... 24
5.Epidemiologi..................................................................... 24
6. Gejala Klinik.................................................................... 24
7. Diagnosis.......................................................................... 25
8. Pengobatan....................................................................... 25
LAMPIRAN................................................................................................ 26
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan .................................................................................. 29
B. Saran............................................................................................ 29
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan inayahnya sehingga kita masih sempat diberikan kesempatan untuk menikmati kehidupan yang indah ini. Terlebih lagi nikmat kesehatan yang Dia berikan sehingga tak menghambat setiap kegiatan yang kami lakukan. Dan Alhamdulillah kami telah menyelesaikan penyusunan sebuah makalah yang berjudul “Arachnida”.
Pengambilan topik tersebut tak lepas
dari tugas sebagai seorang siswa yang
diberikan oleh guru pengajar. Tugas ini pula untuk
memunihi tuntutan mata pelajaran yang bersangkutan
Makalah ini telah kami susun dengan
menggunakan kata-kata baku yang mudah dipahami oleh pembaca, sehingga dapat
memberikan kesan positif bagi kami
terlebih lagi dapat menambah wawasan pembaca. Makalah ini kami susun dengan
memadukan antara materi dari internet dan pengetahuan-pengetahuan yang telah kami dapatkan sebelumnya.
Oleh karena itu hendaknya ini dapat menjadi sebuah langkah awal untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini, meskipun makalah ini telah kami susun dengan usaha sebaik-baiknya, namun kesalahan mungkin tak akan luput apalagi kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu kami pun memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memberikan masukan dan saran guna memberikan suatu pelajaran agar dapat meminimalkan kesalahan dalam pembuatan karya tulis berikutnya.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini, meskipun makalah ini telah kami susun dengan usaha sebaik-baiknya, namun kesalahan mungkin tak akan luput apalagi kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu kami pun memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memberikan masukan dan saran guna memberikan suatu pelajaran agar dapat meminimalkan kesalahan dalam pembuatan karya tulis berikutnya.
Gorontalo, September 2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perjuangan manusia melawan gangguan
hama (Artropoda pengganggu) sudah dimulai
semenjak ia tercipta di muka bumi ini. Sebagian hama menyerang manusia dan
hewan ternak baik secara langsung dengan menghisap darahnya, maupun tidak
langsung sebagai penular berbagai jenis penyakit atau sebagai pengganggu dengan
caranya “nimbrung”/ menempel pada inangnya sehingga menimbulkan gangguan fisik
maupun psikis pada inangnya. Beberapa jenis hama diantaranya yaitu lalat,
nyamuk, kutu, pinjal, caplak, tungau dan lain-lain .
Kutu adalah serangga yang sangat
mengganggu manusia karena menghisap darah. Kutu juga bisa menjadi vektor
penyakit. Di Indonesia, sampai akhir tahun
1970an, permasalahan kutu banyak ditemukan di rumah, gedung pertunjukan, hotel
atau tempat lainnya dimana manusia tidur atau duduk. Tetapi karena keberhasilan
pengendalian dengan insektisida berbasis organoklorin (al. DDT), kutu busuk
hampir dapat dikendalikan secara penuh, dan hampir tidak ada informasi tentang
serangan kutu busuk dalam kurun waktu 1980-2000. Tetapi akhir-akhir ini,
terutama dalam 3-5 tahun terakhir, kutu busuk mulai menjadi masalah, banyak
ditemukan di hotel berbintang, losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal.
Sebenarnya permasalahan yang (mulai) terjadi di Indonesia tidak separah
permasalahan yang sudah terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika Serikat,
Canada, dan Australia; bahkan Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya
permasalahan dengan kutu busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007 dilaporkan
telah terjadi peledakan populasi (out breaks) kutu busuk di 50 negara bagian.
Munculnya kembali kutu busuk, merupakan salah satu misteri dalam Entomologi, mengingat serangga penghisap darah ini hampir tidak muncul untuk jangka waktu puluhan tahun. Walaupun demikian, adalah fakta bahwa dengan adanya globalisasi, orang dan barang dapat dengan mudah berpindah dari satu tempat/negara ke tempat/negara lainnya. Mobilitas ini turut memberikan kontribusi terhadap penyebaran kutu busuk ini ke seluruh dunia. Indikasi ini dapat dilihat antara lain bahwa kutu busuk banyak ditemukan di tempat orang datang dan pergi seperti hotel, losmen, apartemen dan asrama. Kutu busuk (termasuk telurnya) dapat terbawa secara tidak sengaja beserta pakaian, dalam koper/ransel, suitcase dan sebagainya.
2. Tujuan
a. Mengetahui jenis spesies kutu
beserta ciri dan dampaknya bagi kesehatan manusia.
b. Mengetahui cara pengendalian
kutu.
c. Mengetahui tentang pengertian
kutu, klasifikasi,morfologi, bagian-bagian tubuh kutu, epidemiologi, gejala
klinik, diagnosis, dan pengobatannya.
3.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang mendasari penyusunan makalah ini tentang kehidupan parasit
ini dalam segala aspek yang kemudian di rangkum dalam sub-sub pembahasan yang
meliputi : pengertian kutu, klasifikasi,morfologi, bagian-bagian tubuh kutu,
epidemiologi, gejala klinik, diagnosis, dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kutu
Kutu mengacu
pada berbagai artropoda berukuran
kecil hingga sangat kecil. Nama ini dipakai untuk sejumlah krustasea air
kecil (seperti kutu
air), serangga (seperti kutu
kepaladan kutu daun),
serta — secara salah kaprah — berbagai anggota Acarina (tungau dan caplak,
yang berkerabat lebih dekat dengan laba-laba daripada
serangga). Semua disebut "kutu" karena ukurannya yang kecil. Dengan
demikian, pengertian awam istilah ini tidak memiliki arti taksonomi.
Dalam
arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang
tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa
Inggris mencakup flea (kutu
yang melompat, ordo Siphonaptera)
danlouse (kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yangn
semuanya adalah parasit).
Dalam bahasa
Indonesia keduanya tidak dibedakan,
malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo Hemiptera)
dan beberapa anggota ordo Coleoptera.
Untuk menjelaskan, diberi keterangan di belakang kata "kutu". Para
biologiwan berusaha mendayagunakan kata tuma bagi kelompok
Phtiraptera, walaupun menyadari terdapat kesulitan dalam penerapannya.
B. Jenis-jenis Kutu
a. Kutu Busuk
b. Kutu Kucing
c. Kutu Kepala
d. Kutu Beras
e. Kutu Pubis
Kutu Busuk
1. Pengertian Kutu
Busuk
Kutu busuk adalah serangga parasit
dari keluarga Cimicidae.
Kutu busuk dikenal sebagai spesies yang meminum darah manusia dan hewan
berdarah panas lainnya. Kutu busuk senang tinggal di rumah manusia, khususnya
pada tempat tidur.Kutu busuk biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur
atau bantal dan tempat-tempat tersembunyi lainnya. Kutu busuk bisa menggigit
tanpa disadari korbannya, biasanya ia akan agresif pada malam hari. ia akan
menimbulkan bekas gigitannya yang berupa bentol dan terasa gatal serta panas
pada korbannya. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek
psikologis, dan gejala alergi. Hewan ini beraroma tidak sedap dan sangat
menyengat di hidung.
2. Morfologi Kutu Busuk
a.Telur
Telur Phthirus pubis berwarna putih kekuningan, memiliki panjang sekitar 1 mm dan melekat kuat pada rambut atau pakaian. Beberapa telur dapat melekat pada sehelai rambut. Betina meletakkan sekitar tiga telur per hari, dan kesuburan pada 26-30 telur. Penetasan terjadi dalam 6-8 hari, dan pertumbuhan membutuhkan waktu 13-17 hari pada suhu kulit normal.
b.Nimfa
Nimfa menyerupai dewasa, tetapi lebih kecil. Tahap ketiga pada nimfa jantan memiliki panjang 1,3-1,4 mm dan biasanya dengan dua tuberkel lateral. Tahap ketiga nimfa betina memiliki panjang 1,0-1,5 mm panjang dan biasanya dengan empat tuberkel lateral
Nimfa menyerupai dewasa, tetapi lebih kecil. Tahap ketiga pada nimfa jantan memiliki panjang 1,3-1,4 mm dan biasanya dengan dua tuberkel lateral. Tahap ketiga nimfa betina memiliki panjang 1,0-1,5 mm panjang dan biasanya dengan empat tuberkel lateral
c.Dewasa
Phthirus pubis berbentuk pipih dorsoventral, bilateral simetris, tidak bersayap. Bentuk mulut tipe menusuk dan menghisap. Mempunyai spirakel di bagian dorso ventral. Ada yang berpleural plate ada yang tidak. Metamorfosis tidak lengkap, terjadi perubahan dari telur, nimfa, akhirnya menjadi dewasa.
Kepala Phthirus pubis terdapat clupeus, frons, letaknya antara antena dan mata, sepasang mata faset (jelas terlihat), sepasang antena yang bersegmen empat buah dan haustellum, terdapat labrum, epifaring, dan prestomal teeth.
Thorax pada Phthirus 1 pasang scpirakel dan 3 pasang kaki kuat dengan claw (cengkram). Segmen thorax tidak terlihat jelas pada Phthirus, terdiri atas prothorax, mesothorax dan metathorax. Kaki terdiri atas: coxa, trochanter, femur, tibia tumb, tarsus, tarsal claw (kuku).
Abdomen Phthirus pada tiap segmen terdapat pleural plate, di bagian dorso lateral terdapat abdominal spirakel dan tranverse band. Segmen abdominal ada 9 buah. Pada hewan jantan segmen terakhir ada adeagus dan bentuknya asimetris, sedangkan pada betina terdapat gonopodia, simetris. Segmen ke 3-5 bersatu dan pada segmen tersebut terdapat 3 pasang spirakel yang bersatu dalam satu segmen. Pada segmen ke 6-8 hanya terdapat 1 pasang spirakel saja pada tiap segmen. Pada segmen ke 1 dan 2 menghilang. Segmen ke 9 yaitu alat kelamin
3.Distribusi
atau Penyebaran
Di seluruh dunia, termasuk semua
negara-negara maju. Meskipun Phthirus pubis terjadi di Eropa, Asia, Afrika,
Amerika Utara dan Australia, dan ditemukan pada negro serta kulit putih.
Phthirus pubis kurang sering terjadi pada pria daripada Pediculus dan tampaknya
parasit terutama pada orang-orang yang memimpin kehidupan seksual yang aktif.
Sejauh ini, telah dua kali direkam pada host selain manusia, yaitu anjing
(Nuttall, 2009).
3. Klasifikasi Kutu
Busuk
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthropoda
Classis
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Family
: Cimicidae
Genus
:Cimex Spesies :
Cimex
lectularius
Mulut
|
Antena
|
Kepala
|
Torax
|
Abdomen
|
Ruas Kaki
|
Ruas Tangan
|
5. Epidemiologi
Epidemiologi
kutu busuk atau Bed bugs terjadi di lingkungan kita dengan tingkat penularan
signifikan di negara maju, sementara menurun dari tahun 1930-an hingga 1980-an,
telah meningkat secara dramatis sejak 1980-an.. Sebelumnya, kutu busuk
berkembangbiak secara umum di negara berkembang, tetapi jarang di negara maju.
Peningkatan di negara maju mungkin telah disebabkan oleh perjalanan
internasional meningkat, resistensi terhadap insektisida, dan penggunaan yang
baru metode pengendalian hama yang tidak mempengaruhi kutu busuk. Penurunan
populasi kutu busuk setelah tahun 1930-an di negara maju diyakini sebagian
karena penggunaan DDT untuk membunuh kecoa. Penemuan vacuum cleaner dan
penyederhanaan desain furnitur mungkin juga memainkan Peranan penting. Yang lain
percaya itu hanya mungkin sifat siklus organisme.
Kutu
busuk (Cimex lectularius) adalah spesies dengan tingkat adaptasi terbaik di
lingkungan manusia. Hal ini ditemukan di daerah beriklim sedang di seluruh
dunia. Spesies lainnya termasuk Cimex hemipterus, ditemukan di daerah
tropis, yang juga burung dan unggas dan kelelawar, dan Leptocimex boueti,
ditemukan di daerah tropis Afrika Barat dan Selatan Amerika, yang infests
kelelawar dan manusia. Cimex pilosellus dan Cimex pipistrella terutama
merundung kelelawar, sementara Haematosiphon inodora, spesies Amerika Utara,
terutama burung dan unggas.
6.
Gejala Klinik
Sampai sekarang tidak ada
bukti-bukti bahwa kutu busuk berfungsi sebagai vektor transmisi
penyakit-penyakit manusia. Kutu busuk mengganggu kesenangan manusia karena
menggigit dan menghisap darah manusia. Kutu busuk paling suka darah manusia,
tetapi kadang-kadang juga menghisap darah ayam, unggas lainnya, tikus,
binatang-binatang lain. Mereka hisap darah untuk makanan mereka. Ada orang yang
sangat sensitif terhadap gigitan kutu busuk, tempat yang digigit menjadi merah,
bengkak dun gatal, ini disebut sebagai penyakit ruam-ruam. Tetapi ada juga
orang-orang yang seolah-olah tidak merasa apa apa kalau digigit oleh kutu
busuk. Kutu busuk mempunyai kebiasaan untuk degaekasi segara sehabis menghisap
darah. Tempat gigitan yang menjadi gatal digaruk-garuk dan faeces kutu busuk
terdorong masuk kedalam luka bekas gigitan, tetapi dengan cara ini tidak ada
penularan penyakit
7. Diagnosis
Gigitan kutu busuk sebenarnya tidak
menyakitkan karena air liur meraka mengandung zat anestesi. Akan tetapi adanya
antikoagulan atau kandungan pengencer darah dalam air liur kutu busuk
menyebabkan sebagian orang mengembangkan reaksi alergi pada kulitnya.
Reaksi
ini sebenarnya bervariasi di masing-masing orang, bisa ringan atau bahkan
berat. Hal ini tergantung dari beberapa faktor, misalnya kekebalan individu
yang bersangkutan. Demikian dikutip dari AsiaOne, Selasa (17/9/2013).
Beberapa saat setelah digigit kutu busuk, kulit akan menjadi gatal dan timbul bentol yang memerah, dan bahkan lecet. Dijelaskan dr Chan Chew Yuin, dermatolog di Dermatology Associates di Gleneagles Medical Centre, gigitan kutu busuk umumnya muncul di bagian tubuh yang terbuka,seperti wajah, leher, lengan dan kaki.
Beberapa saat setelah digigit kutu busuk, kulit akan menjadi gatal dan timbul bentol yang memerah, dan bahkan lecet. Dijelaskan dr Chan Chew Yuin, dermatolog di Dermatology Associates di Gleneagles Medical Centre, gigitan kutu busuk umumnya muncul di bagian tubuh yang terbuka,seperti wajah, leher, lengan dan kaki.
Gigitan
kutu busuk bisa jadi infeksi apabila orang yang digigit menggaruk berlebihan
hingga menjadi luka. Meski luka bisa sembuh, namun bisa jadi meninggalkan
jaringan kulit atau terjadi peningkatan pigmentasi kulit sehigga muncul tanda
hitam di bekas bentolan itu
8.
Pengobatan
1. Krim
steroid dan antihistamin oral dapat membantu mengurangi gatal dan reaksi kulit
lainnya. Antibiotik topikal atau oral dapat digunakan untuk mengobati infeksi
kulit," saran dr Chan Chew Yuin.
2. Pigmentasi
kulit dapat diatasi dengan tabir surya, krim pemutih, seperti tretinoin dan
hydroquinone, dan terapi laser. Penampilan bekas luka bisa membaik seiring
dengan waktu. Solusi jangka panjang adalah dengan membasmi kutu busuk. Anda
bisa mencari bantuan dari perusahaan pengendali hama berlisensi," tutur dr
Chan
3. Menggunakan
minyak esensial teh atau minyak kemangi. MInyak teh atau tea tree oil ini anda
gunakan untuk menghentikan dan mengatasi rasa gatal akibat gigitan kutu busuk.
MInyak ini bisa bermanfaat sebagai disinfektan alami. Minyak kemangi juga bisa
anda manfaatkan untuk menghentikan rasa gatal akibat gigitan kutu busuk ini
4. Menggunakan
baking soda. Baking soda yang dicampurkan dengan air bisa bermanfaat untuk
mengatasi rasa gatal yang disebabkan oleh gigitan kutu busuk.
5. Menggunakan
obat antihistamin. Obat ini bisa meneghentikan alergi dan rasa gatal-gatal pada
kulit. Pastikan anda menggunakan antihistamin ini sesuai dengan aturan yang
tertulis pada kemasannya
Kutu
Kucing
1. Pengertian Kutu
kucing
Kutu kucing adalah kutu
dari keluarga puliciade. Kutu kucing dikenal juga sebagai kutu yang berparasit
pada kucing yang dapat menyebabkan gatal pada tubuh kucing. Kutu kucing
terdapat di dalam bulu-bulu kucing
2. Morfologi
Kutu jenis ini memiliki ciri-ciri
tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar, Tubuh
gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang dan
rambut keras, Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala,
Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis sempurna
(telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas,
Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan, Memiliki 2 ktinidia baik genal
maupun prenatal. Perbedaan antara jantan dan betina dapat dilihat dari struktur
tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung posterior bentuknya seperti tombak yang
mengarah ke atas dan antenna lebih panjang, sedangkan tubuh betina berakhir
bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan Kutu kucing ini berwarna coklat
kemerahan sampai hitam, dengan betina yang warna nya sedikit berbeda. Selain
dari sedikit perbedaan dalam ukuran dan warna, fitur utama lainnya membedakan
antara jantan dan betina adalah adanya kompleks, alat kelamin berbentuk bekicot
pada laki-laki. Ctenocephalides felis dibedakan dari kutu lain dengan ctenidia
karakteristik, atau sisir, tetapi memiliki ctenidium pronotal dan ctenidium
genal dengan lebih dari 5 gigi. Morfologi kutu kucing adalah mirip dengan kutu
anjing, canis Ctenocephalides, tetapi kutu kucing memiliki karakteristik dahi
miring. Tibia belakang juga berbeda dari spesies loak lainnya dalam hal ini
tidak memiliki gigi apikal luar. Semua anggota ordo Siphonaptera memiliki otot
yang kuat berisi bresilin, protein sangat elastis, di kaki mereka, yang
memungkinkan kutu melompat setinggi 33 cm.Larva kutu mirip belatung kecil
dengan bulu pendek dan rahang untuk mengunyah. Kepompong hidup terbungkus dalam
kepompong sutra-puing bertaburan
gerti
dengan alur kehidupan
3. Klasifikasi Kutu
Kucing
Domain :
Eukaryota (Whittaker & Margulis, 1978)
Kingdom :
Animalia (Linnaeus, 1758)
Phylum :
Arthropoda (Latreille, 1829)
Subphylum :
Mandibula (Snodgrass, 1938)
Class :
Insecta (Linnaeus, 1758)
Subclass :
Dicondylia
Order :
Siphonaptera
Family :
Pulicidae
Subfamily :
Pulicinae
Genus : Ctenocephalides (Stiles
& Collins, 1930)
Spesies : Ctenocephalides
felis (Bouche, 1835)
4.
Bagian-bagian Tubuh Kutu Kucing
5. Gejala klinik
Gejala-gejala alergi meliputi gatal
parah, bulu rontok, lemah, lesu dan anemia. Selain gatal-gatal, gigitan kutu
juga dapat menyebabkan infeksi sekunder.
Saat
hewan peliharaan terinfeksi, sejumlah besar kutu juga bisa hidup pada karpet
dan selimut yang pada akhirnya turut menggigit sang pemilik.
Gigitan
kutu kucing pada manusia muncul sebagai benjolan kecil berwarna merah yang
terasa gatal.
Benjolan
ini biasanya muncul di pergelangan kaki dan kaki bagian bawah. Jika alergi
terhadap air liur kutu, maka seseorang dapat mengalami reaksi alergi.
6. Diagnosis
Penyakit
ini sering tertukar dengan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur
(ringworm). Diagnosa penyakit biasanya dilakukan dengan cara memeriksa kerokan
kulit dibawah mikroskop. Biasanya dalam kerokan kulit tersebut ditemukan banyak
tungau.
7. Pengobatan
a. Suntikan Ivermectin
Banyak
orang salah kaprah menyebut suntikan ivermectin adalah suntikan anti jamur.
Sebenarnya ivermectin tidak dapat membasmi jamur. Ivermectin dapat dipergunakan
untuk membasmi cacing dan ektoparasit seperti kutu (pinjal, caplak dan tungau).
Sepertihalnya obat lain, ivermectin hanya membunuh cacing/kutu dewasa, tidak
membunuh telurnya. Oleh karena itu diperlukan setidaknya 3 kali suntikan
ivermectin dengan jarak 3-4 minggu. Injeksi ivermectin harus dilakukan dengan
hati-hati pada kucing umur kurang dari 4 bulan *. Suntikan ivermectin tidak
dianjurkan pada anak kucing berumur kurang dari 2 bulan, karena dapat
menyebabkan keracunan dan mengganggu perkembangan ginjal.
Pemberian obat-obatan apapun (termasuk ivermectin) untuk jangka panjang, sangat tidak dianjurkan. Oleh karena itu, idealnya ivermectin diberikan bila ditemukan kutu atau telur kutu atau bila disarankan dokter hewan anda.
Pemberian obat-obatan apapun (termasuk ivermectin) untuk jangka panjang, sangat tidak dianjurkan. Oleh karena itu, idealnya ivermectin diberikan bila ditemukan kutu atau telur kutu atau bila disarankan dokter hewan anda.
b.
Obat Tetes & Spray
Ada
banyak obat tetes & spray anti kutu yang di jual di petshop-petshop,
seperti Accurate, Revolution dan Frontline. Perhatikan aturan pakai setiap
obat, biasanya obat-obatan tersebut tidak dianjurkan digunakan pada kucing
dibawah umur 2 bulan.
Obat
tetes biasanya diteteskan di kulit pangkal kepala di bagian belakang, dimana
kucing tidak bisa menjilat bagian tersebut. Obat tetes Frontline cukup efektif
membasmi kutu/pinjal selama 1 bulan. Agar tuntas sebaiknya diulang 1 bulan
kemudian.Untuk pencegahan, pemberian obat tetes dapat dilakukan 2-3 kali
setahun
c.
Shampoo anti kutu
Shampoo
anti kutu cocok digunakan pada anak kucing berumur kurang dari dua bulan yang
belum dapat diobati anti kutu lainnya. Beberapa pemilik kucing dewasa juga
lebih menyukai cara ini karena selain dapat membasmi kutu/pinjal, juga membuat
kucing lebih bersih. Pada saat memandikan, sebaiknya shampoo digunakan dua
kali. Basahi rambut kucing secara merata, tambahkan shampoo secara merata,
bersihkan dan bilas dengan air (air hangat). Kemudian setelah bersih tambahkan
kembali shampoo, ratakan, biarkan + 5-10 menit baru kemudian dibersihkan.
Setelah bersih keringkan dengan handuk dan hairdryer. Agar tuntas sebaiknya
mandi shampoo anti kutu diulang dua minggu kemudian. Setelah itu, untuk tujuan
pencegahan, pemberian shampoo dapat dilakukan 1 bulan sekali.
Pada
kasus parah disertai komplikasi, diperlukan kombinasi beberapa cara sekaligus.
Dan yang tidak kalah penting adalah membersihkan kandang, lantai dan tempat
tidur kucing. Karena telur kutu bisa saja terdapat di sela-sela kandang,
retakan lantai atau alas tidur kucing. (drh. Neno WS)
Kutu Kepala
1. Pengertian kutu
kepala
Peduculosis adalah gangguan pada
rambut kepala yang disebabkan oleh infeksi kutu rambut, yang
disebut Pediculus humanus capitis atau Pediculus hamnus var
capitis (Ph.capitis). Pediculosis telah dikenal sejak jaman dahulu dan
ditemukan kosmopolit (di seluruh dunia).
Kutu rambut ini merupakan
ektroparasit bagi manusia. Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut bagian
belakang kepala, yang paling sering menggigit pada bagian belakang kepala dan
kuduk. Gigitannya akan menyebabkan iritasi pada kulit yang disebabkan oleh air
liur yang dikeluarkan pada waktu menghisap darah penderita.
2. Morfologi Kutu
Kepala
Kutu
rambut dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna putih abu-abu, kepala
ovoid bersudut, abdomen terdiri dari 9 ruas, thorax dari khitir seomennya
bersatu. Pada kepala tampak sepasang mata sederhana disebelah lateral, sepasang
antena pendekyang terdiri atas 5 ruas dan probocis, alat penusuk yang dapat
memanjang. Tiap ruas thorax yang telah bersatu mempunyai sepasang kaki kuat
yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit menyerupai kait yang
berhadapan dengan tonjolan tibia yang berpegangan erat pada rambut.
Kutu
rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V”.
Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin berbentuk seperti
huruf “V” terbalik. Pada ruas abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin di
tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital di bagian lateral yang memegang
rambut selama melekatkan telur. Jumlah telur yang diletakkan selama hidupnya
diperkirakan 140 butir.
Nimfa
Nimfa
berbentuk seperti kutu rambut. Dewasa hanya berbentuk lebih kecil.
Telur
Telur berwarna putih mempunyai oper
culum 0,6-0.8 mm disebut “Nits”. Bentuknya lonjong dan memiliki perekat,
sehingga melekat erat dalam waktu 5-10 hari.
3. Klasifikasi Kutu
Kepala
Kingdom :
Animalia
Phyllum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
:
Phthiraptera
Sub
Ordo : Anoplura
Famili
: Pediculidae
Genus
: Pediculus
Spesies
: Pediculus humanus capitis
4. Bagian-bagian tubuh
kutu kepala
1.
Keterangan Gambar
A.
Antena
B.
Kuku tarsus
C.
Mata
D.
Forns
E.
Tibia
F.
Torax
G.
Spirakle
H.
Segmen Abdomen
I.
Lempeng pleural dengan spirakle abdomen
5. Epidemiologi
Kutu kepala merupakan parasit
manusia saja dan tersebar di seluruh dunia. Tempat-tempat yang disukainya
adalah rambut pada bagian belakang kepala. Kutu rambut kepala dapat bergerak
dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain. Kutu rambut
ini dapat bertahan 10 hari pada suhu 5oc tanpa makan, dapat menghisap darah
untuk waktu yang lama, mati pada suhu 400c. Panas yang lembang pada suhu 600c
memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit. Kutu rambut kepala mudah ditularkan
melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang yang dipakai
bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain.
Pada infeksi berat, helaian rambut
akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras, dapat ditemukan banyak kutu
rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari gigitan yang
meradang. Infeksi mudah terjadi dengan kontak langsung. Pencegahan dilakukan
dengan menjaga kebersihan kepala
6.Gejala klinik
•
Sering gatal. Reaksi alergi dari cairan yang disuntikan oleh kutu
pada saat menghisap darah dapat menghasilkan benjolan merah yang gatal pada
kulit kepala anda, leher dan pundak. Beberapa orang, khususnya yang baru
pertama kali memiliki, tidak mengalami gatal.
• Kutu dewasa di atas kulit kepala. Titik yang paling umum terdapat kutu dewasa tersembunyi dibelakang telinga anda dan sepanjang belakang dari leher anda. Kutu sangat kecil, seukuran benih stroberi, tapi mereka dapat berukuran 1/8 inch (3 milimeter)
• Telur kutu pada batang rambut. Telur kutu sering dikira ketombe karena mirip, tapi tidak seperti ketombe, telur kutu mudah untuk dibersihkan.
7. Diagnosis
Diagnosis dari kutu kepala dapat
dengan menemukan nimpa atau kutu dewasa pada kulit kepala atau rambut
seseorang. Nimpa hidup atau kutu dewasa sangat sulit ditemukan. Hal ini
disebabkan ukurannya yang kecil, cepat berpindah tempat, dan sering menghindari
cahaya.
Apabila nimpa atau kutu dewasa tidak
ditemukan, dengan terhadap kutu rambut dapat dipikirkan apabila menemukan telur
yang menempel kurang dari 1 cm dari pangkal rambut. Telur lebih mudah untuk
ditemukan, terutama di daerah leher atau belakang telingga. Telur harus
dibedakan dengan ketombe sebab telur lebih sulit dilepaskan akibat menempel
karena pekat yang dihasilkan oleh kutu rambut
8. Pengobatan
a.
Shampo Lidane 1%. Gamma benzene heksa klorid atau piretrin. Dosis, shampo
rambut biarkan 4-10 menit, kemudian dibilas piretrin. Pakai sampai rambut
menjadi basah, biarkan 10 menit kemudian dibilas. (Tindak lanjut periksa rambut
1 minggu setelah pengobatan untuk telur dan kutu
rambut).
b.
Selep Lindang (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1% dalam pyrophylite;
atau Benzaos benzylicus emulsion. Dosis, epala dapat digosok dengan salep
Lindane (BHC 1%) atau dibedaki dengan DDT 10% atau BHC 1% dalam pyrophlite atau
baik dengan penggunaan 3 – 5 gram dari campuran tersebut untuk sekali
pemakaian. Bedak itu dibiarkan selama seminggu pada rambut, lalu rambut dicuci
dan disisir untuk melepaskan telur. Emulsi dari benzyl benzoate ternyata juga
berhasil .
c.
Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5%. Dosis, osokkan pada rambut dan
kepala sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci lalu dikeringkan.
Kutu Beras
1. Pengertian kutu
beras
Kutu
beras adalah nama umum bagi sekelompok serangga
kecil anggota marga
Tenebrio
dan Tribolium
(ordo Coleoptera)
yang dikenal gemar menghuni biji-bijian/serealia
yang disimpan. Kumbang beras adalah hama gudang
yang sangat merugikan dan sulit dikendalikan bila telah menyerang dan tidak
hanya menyerang gabah/beras
tetapi juga bulir
jagung,
berbagai jenis gandum,
jewawut,
sorgum,
serta biji kacang-kacangan.
Larvanya
bersarang di dalam bulir/biji, sedangkan imagonya
memakan tepung yang ada
2. Morfologi
Kumbang
muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap
bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah
kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat
hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5
mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki,
berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam
keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewas
Kumbang
betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai
300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi
terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang
dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang
berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva
yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat
hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan,
demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5
hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31
hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur
ruang simpan, kelembapan diruang simpan, dan jenis produk yang diserang
(Naynienay, 2008).
Sitophilus
oryzae hidup di tumpukan bahan pangan, seperti beras, jagung dan gandum. Kutu
ini berkembang biak sangat cepat. Bedasarkan penelitian, kutu betina dapat
bertelur 2 - 6 butir setiap harinya. Untuk menyimpan telurnya, kutu betina
melubangi bulir beras dengan rahangnya. Satu lubang hanya untuk satu butir
telur.
Kutu beras dapat hidup selama beberapa bulan. Selama hidup, kutu betina mampu menghasilkan sekitar 400 butir telur. Telur akan menetas menjadi larva setelah 3 hari. Larva akan hidup pada lubang beras selama 18 hari. Setelah itu akan menjadi pupa selama 5 hari, lalu bermetamorfosis menjadi kutu.
Kutu beras dapat hidup selama beberapa bulan. Selama hidup, kutu betina mampu menghasilkan sekitar 400 butir telur. Telur akan menetas menjadi larva setelah 3 hari. Larva akan hidup pada lubang beras selama 18 hari. Setelah itu akan menjadi pupa selama 5 hari, lalu bermetamorfosis menjadi kutu.
Kutu
beras merupakan hama perusak bahan pangan. kutu ini tidak hanya menyerang
beras, jagung dan gandum, tetapi juga merusak bahan pangan lainnya seperti
sorgum, ketela, kedelai, kacang hijau, biji semangka, hingga biji bunga matahari
3. Klasifikasi
kingdom
: Animalia
Filum
: Antropoda
Kelas
: Insect
Ordo
:
Coleopteran
Famil
:
Cureulionidae
Genus
: Sitophilus
Spesies
: Sitophilus oryzae
Antena
|
Mulut
|
Kepala
|
Ruas Tangan
|
Badan
|
Ruas Kaki
|
5. Pengobatan
a. Masukan
50 gram daun jeruk purut yang sudah ditumbuk ke dalam 10 kg beras, sesekali
buka tempat penyimpanan beras agar beras tak berbau apek. Dengan daun jeruk
purut
b. Campurkan beras bersama 2-3
tangkai daun asam jawa yang telah dibersihkan atau dikeringkan ke dalam tempat
penyimpanan beras
c. Daun belimbing wuluh juga bisa
digunakan sebagai penangkal kutu di tempat penyimpanan beras.
d. Masukan beberapa batang lada
kering ke dalam campuran beras
e. Masukan 1-3 buah cabai kering ke
dalam beras. Aroma cabai kering yang menyengat akan mencegah kutu beras datang
kembali.
Kutu Pubis (kutu
kelamin)
1. Pengertian kutu
pubis
Phthirus
pubis adalah serangga parasit penghisap darah yang hidup di kulit sekitar
kelamin manusia. Kutu kelamin biasanya menular melalui hubungan seksual.
Penularan dari orang tua kepada anak lebih mungkin terjadi melalui rute
pemakaian handuk, pakaian, tempat tidur atau closets yang sama secara
bergantian. Kutu Pubic menyebar melalui keringat saat kontak tubuh atau
seksual. Pasangan seks si pasien dalam waktu 30 hari sebelumnya harus
dievaluasi dan diobati, dan kontak seksual harus dihindari sampai perawatan
berakhir dengan kesembuhan.
2. Morfologi
Kepala
: - terdapat sepasang antenna
-
Sepasang mata facet
-
Haustellum alat mulut
Thorax : - terdiri atas (
protothorax, mesothorax, metathorax) terdapat :
-
Kaki yang kuat (3 pasang) berakhir :
ü Kuku
ü Claw
-
pada protothorax antara coxa kaki 1
dan
2 terdapat 1 pasang spirakel
TELUR (NITS)
•Putih jernih, < 1 mm, mempunyai corona (operkulum)
NYMPHA
•Ukuran 1-2 mm
•Antena hanya bersegmen 3 buah
•Bentuk hampir sama dengan imago hanya alat kelaminbelum sempurna
•Telur berkembang menjadi nympha pada
hari ke-5
3. Klasifikasi
Kindom
: animalia
Pilum
: arthtropoda
Class
: insecta
Order
: phthiraptera
Suborder
: anoplura
Family
: pthiridae
Genus
: pthirus
Species
: p. pubis
4.Bagian-bagian tubuh
kutu pubis
5. Epidemiologi
Angka prevalensi
dan kejadian pubis pediculosis sebagian besar perkiraan. Satu studi rinci
(Simms et al., 2006) menemukan kejadian sekitar 33 kasus pubis pediculosis
tahunan per 100.000 orang, dengan dua kali lebih banyak laki-laki sebagai
perempuan memiliki infestasi kutu kemaluan. Seperti dengan PMS lain, pubis
pediculosis paling sering terjadi pada dewasa muda. Di Inggris, insidensi
tahunan adalah 74 kasus per 100.000 orang dalam 15 – untuk kelompok usia 24
tahun (. Simms et al, 2006), yang merupakan dua kali tingkat kutu yang
ditemukan dalam populasi secara keseluruhan .
6.Gejala klinik
Telur
kutu (nits) yang mengkilat dan tembus pandang disekresikan oleh kutu ke poros
rambut manusia. Kutu dewasa hidup dan mencari makan di dasar rambut. Ketika
kutu mengisap darah mereka menyuntikkan air liur, dan air liur yang terus
menerus keluar inilah yang menyebabkan gatal yang sangat merepotkan terutama
pada malam hari. Pasien mulai menggaruk hingga daerah garukan tampak seperti
terbakar.
Rasa
gatal dari Penyakit Kutu Kelamin dihasilkan oleh sensitisasi alergi terhadap
antigen kutu, dan reaksi alergi ini membutuhkan waktu untuk berkembang. Dari
pertama kali seseorang terinfeksi dengan kutu kemaluan hingga gatal parah
mungkin memerlukan lima sampai lima belas hari, tetapi reinfestasi akan memulai
rasa gatal dalam waktu dua puluh empat jam.
7. Diagnosis
Penyakit
Kutu Kelamin dapat diperoleh melalui kontak fisik dekat dengan orang yang
memiliki kutu atau oleh kontak dengan handuk baru kutu-penuh atau tempat tidur.
Kutu yang tidak bersentuhan dengan orang biasanya akan mati dalam waktu kurang
dari dua puluh empat jam. Penyakit ini cukup menular, dan orang yang
berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi akan memperoleh resiko
penularan kutu kemaluan lebih besar dari 90%. Kondom tidak akan mencegah
penularan kutu kemaluan (Eckert & Lentz, 2007a; Frenkl & Potts, 2007;
Leone, 2007; Shoemaker et al, 2007.). Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
specimen kutu atau telur kutu pada penampakan mikroskopis. Diagnosis juga
ditegakkan dengan melihat gejala-gejala klinis yang timbul.
8. Pengobatan
a.Mengeramasi rambut kemaluan dan
wilayah sekitarnya sedikitnya selama
5 menit
b.Bilas dengan baik
c.Menyisir rambut kemaluan dengan
sisir bergigi halus untuk menghilangkan
telur
d.Beberapa dokter menyarankan
menggunting rambut kemaluan dengan
pisau cukur listrik nonsharp untuk mengurangi jumlah kutu dan telur. Namun ada juga yang tidak
menyarankan untuk mencukur habis
bulu pubis. Cukup dengan menggunakan 0.5% Malathion salap
dioleskan pada kulit terinfeksi yang sudah dikeringkan.
Bisa dioleskan dari pusat kearah perineum, perianal, hingga ke pangkal paha. Setelah itu dibilas setelah 12 jam. Penggunaan Gamma benzene
hexachloride dan permethrin juga efektif.
e.Semua pakaian dalam, handuk,
sprei, dan lain-lain harus dicuci dan
disetrika.
Lampiran
Kutu Busuk
|
Kutu Kepala
|
Kutu Kucing
|
Kutu Beras
|
Kutu Kelamin
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kutu merupakan parasit. Dan selama kutu tersebut masih dalam
keadaan hidup mereka akan sangat menganggu , kebiasaan mereka hanya menghisap
darah kecuali kutu beras. Kutu tidak bisa hidup tanpa darah, berikut merupakan
jenis-jenis kutu penghisap darah : Kutu Busuk, Kutu Kucing, Kutu Kepala, dan
kutu pubis. Sedangkan Kutu beras itu sendiri merupakan serangga kecil yang
gemar menghuni biji-bijian yang disimpan yang akan sangat merugikan jika mereka
memakan semua biji-bijian yang telah disimpan.
B. Saran
Adapun
saran yang dapat kami sampaikan sebagai hasil kajian makalah ini adalah
1. Bahwa seorang Calon Tenaga Analis Kesehatan yang sangat berperan dalam membantu dokter untuk mendiagnosa suatu penyakit, sudah sepatutnya memiliki pengetahuan, Keterampilan/Skill dan Juga Kiat dalam Kompetensinya, khususnya bidang parasitologi
1. Bahwa seorang Calon Tenaga Analis Kesehatan yang sangat berperan dalam membantu dokter untuk mendiagnosa suatu penyakit, sudah sepatutnya memiliki pengetahuan, Keterampilan/Skill dan Juga Kiat dalam Kompetensinya, khususnya bidang parasitologi
2.
Setelah mengetahui cara pengendalian yang tepat, hendaknya dapat diterapkan di
kehehidupan sehari-hari untuk menghindari serangan Parasit ini yang dapat
menyebabkan Penyakit ruam-ruam, alergi, dan anemia.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami mengharapkan agar kiranya, pembaca dapat memberikan masukan atau kritik sebagai bahan pertimbangan agar pada kesempatan berikutnya, dapat meminimalisir keselahan-kesalahan dalam penyusunan karya tulis sehingga bisa menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami mengharapkan agar kiranya, pembaca dapat memberikan masukan atau kritik sebagai bahan pertimbangan agar pada kesempatan berikutnya, dapat meminimalisir keselahan-kesalahan dalam penyusunan karya tulis sehingga bisa menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi.
i need help please this for my school project thankyou so much
BalasHapushttp://kutusss.moonfruit.com/
.